Pojok TIRAI Wujudkan Generasi Emas yang Cerdas

        Berita hoax saat ini sudah menyasar ke beberapa aplikasi pesan instan yang cukup popular digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan kemajuan teknologi, hoax juga bermacam-macam bentuknya. Seperti survey yang dilakukan oleh Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) pada tahun 2019. Berita hoax dari tulisan sebanyak 79,7%, foto editan 57,8%, foto dengan caption palsu 66,3%, video editan(dipotong-potong) 45,70%, video dengan caption atau narasi palsu 53,2%, berita/foto/video lama diposting kembali 69,20%. Menganalisa dari data tersebut maka tingkat hoax yang cukup tinggi perlu adanya tindaklanjut untuk mengawal literasi, meningkatkan dan membudayakan literasi dikalangan generasi. Tentu dengan mengidentifikasi berita hoax supaya tidak mudah terprovokasi. 

      Salah satu organisasi yang melakukan studi tentang kualitas pendidikan di dunia secara rutin adalah PISA (Programme for International Students Assessment). Program ini digagas oleh Organization for Economic Co-operation and Development atau OECD. Dari hasilriset PISA, Indonesia menempatkan pada posisi 62 pada bidang sains, posisi 61 pada bidang membaca, dan posisi 63 pada bidang matematika. Melihat rendahnya minat baca di Indonesia yang sangat memprihatinkan. Maka, perlu strategi menjadikan capaian literasi meningkat. Salah satunya dengan menjadikan posisi literasi pad atahap mahir. Literasi mahir merupakan kemampuan kita mampu dalam mengintegrasikan beberapa informasi lintas teks, mengevaluasi isi, kualitas, cara penulisan suatu teks dan sikap reflektif. Bukan sekadar membaca, menulis saja tetapi ke level lebih tinggi sesuai teks dan konteks secara menyeluruh.

Derasnya arus informasi palsu di era teknologi yang berkembang pesat saat ini, bisa dibendung melalui kecerdasan dalam berliterasi digital. Pemahaman literasi digital menunjukkan kemampuan dalam memilah informasi yang berguna dan diperlukan, atau merugikan. Literasi digital bisa menghindarkan kita dari kasus hukum. Dengan kita upload di medsos, tanpa kita sadari kalau upload sesuatu yang tidak cerdas, tidak hati-hati, maka kita akan terkena kasus hukum. Sudah banyak kasus seperti ini. Karenanya kita harus menjadi generasi cerdas. Karena banyak informasi berserakan dan kita harus pandai memilih, informasi mana yang kita perlukan.

Sebagai individu yang bisa mengolah dan memahami informasi dengan baik, akan mendapatkan keuntungan. Informasi yang bermanfaat tersebut bisa diakses secara digital melalui koleksi perpustakaan yang sudah digital seperti perpustakaan e Graha Widya. Peserta didik cukup menginstal mendaftarkan sebagai anggota dan dapat menjadikan sumber belajar secara daring maupun offline dating ke perpustakaan secara langsung. Pada setiap kelas sudah ada pojok literasi, sudut-sudut ruang difasilitasi pojok literasi dan berdigital. Program ini diselenggarakan dalam rangka menigkatkan literasi digital. Untuk mewujudkan generasi termakan berita hoax.

Pesatnya perkembangan teknologi digital membawa beragam informasi yang semakin banyak dikirim melalui gawai salah satunya yaitu buku digital (e-book), implikasi penggunaan e-book pada era digital membuat membaca menjadi lebih mudah karena e-book dapat dibaca kapan pun dan di mana pun, penggunaan e-book pada era digital memiliki kelebihan di antaranya; (1) lebih praktis dan mudah dibawa kemana-mana; (2) e-book ramah lingkungan; (3) e-book tahan lama; (4) e-book mudah dalam penggandaan; dan (5) e-book mudah dalam pendistribusian. Hal ini telah tersedia juga dalam perpustakaan digital (I Graha Widya).

Program Pojok TIRAI mampu mewujudkan generasi cerdas merupakan akronim yaitu Pojok Literasi Digital mampu mewujudkan generasi cerdas sadar isu lingkungan. Sebagai generasi harus memahami isu lingkungan yang sedang berkembang di masyarakat. Sebagaimana branding sekolah Adiwiyata dan SSK (Sekolah Siaga Kependudukan) serta dukungan dari Gerakan Literasi Sekolah berkolaborasi meningkatkan prestasi. Menjadikan generasi cerdas yang sadar akan isu lingkungan pada saat ini. Oleh karena ada setiap pojok-pojok yang dijadikan literasi digital seperti isu lingkungan stunting ada spot pojok literasi digitalnya, taman baca berbarcode, pojok kependudukan berbarcode, konsep grafik kependudukan berbarcode, pojok jamu-jamuan berakronim nilai-nilai kependudukan berbarcode. Pada kelompok kerja smanja forest berbarcode.

Barcodisasi merupakan literasi digital yang bisa diterapkan untuk menjadikan generasi cerdas tidak mudah terpengaruh berita hoax. Sedangkan pengisi konten merupakan kolaborasi siswa ekstrakurikuler jurnalistik, siswa OSIS dan duta literasi, duta kependudukan dan duta lingkungan. Sehingga dengan komitmen, sinergi dan kobalorasi yang kuat dapat menumbuhkan budaya literasi pada generasi masa kini.

Generasi muda mesti menyadari isu lingkungan yang sedang berkembang supaya dapat meminimalisir kemungkinan buruk yang akan terjadi. Sebagai salah satu contoh kasus stunting yang sedang menjadi focus BKKBN saat ini. Sebagai pelaksana Sekolah Siaga Kependudukan maka, adanya pojok literasi stunting. Pojok literasi ini selain dikawal oleh tim stunting juga bekerjasama dengan pihak Puskesmas dalam memfasilitasi edukasi perihal pencegahan stunting. Pojok literasi digital tentang kesehatan remaja bekerjasama dengan pihak UKS (Unit Kesehatan Sekolah) dan PMR (Palang Merah Remaja). Bagaimana dampak dari pernikahan dini, apa dampak dari merokok serta bagaimana melakukan prinsip hidup sehat. Generasi yang berkontribusi dalam membangun kesadaran perilaku sehat melalui saka bhakti husada. Melayani masyarakat melakukan pengabdian dengan posbindu. Dimana dari kegiatan rutinitas tersebut difasilitasi juga dalam digital sebagai edukasi. Menjadi generasi berencana untuk masa depan gemilang. Generasi cerdas yang sehat dan siap menghadapi bonus demografi.

  Hadirnya mading digital atau e Magazine sebagai media social yang dapat diakses perkembangannya juga oleh generasi muda. Dengan memperbanyak konten-konten positif dan pengetahuan tentunya sesuai dengan kebutuhan generasi muda. Mading online ini juga update setiap periodic. Begitu pula dengan majalah gelora yang menampung aspirasi dari para siswa generasi muda dalam berbagai kolom. Sehingga bukan lagi pada tataran minat baca tetapi ketepatan bacaan sesuai usia dan kebutuhan generasi muda. Pengelola dari peserta didk tentang  e Magazine, majalah sekolah dan bulletin baik cetak maupun online. Komitmen ini mengingat tim satgas GLS (Gerakan Literasi Sekolah)  sangat konsen dalam kemajuan literasi sekolah. Selaras dengan amanat Gerakan Literasi Sekolah yang dikembangkan dalam Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Munculnya generasi cerdas dari suatu negara atau bangsa dimulai dari kerinduan akan pengetahuan dan ilmu pengetahuan yang hanya bisa diperoleh dari kebiasaan gemar membaca. Generasi cerdas dan cinta membaca pada gilirannya juga akan memajukan peradaban bangsa itu. Hal ini dapat kita buktikan pada bangsa-bangsa maju di dunia yang perpustakaannya sudah lebih dahulu maju berkembang dan dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat yang berbudaya baca tinggi.

SDM ( Sumber Daya Manusia ) yang cerdas dan berkualitas awalnya dimulai dari kegemaran membaca sehingga berbagai ilmu pengetahuan dan pengetahuan mampu dikuasai yang bersangkutan. Dengan mau belajar untuk meluangkan waktu dengan rajin membaca, masyarakat terutama generasi muda sebagai penerus menjadi terdidik, terpelajar dan mampu mengikuti peristiwa dan perkembangan teknologi di era teknologi informasi saat ini. Rendahnya kegemaran tingkat membaca dapat disebabkan berbagai aspek salah satunya didominasi budaya masyarakat Indonesia yang masih didominasi budaya tutur karena bentuk pertukaran informasinya masih dalam bentuk lisan. masyarakat Indonesia sedang mengalami transformasi yang sangat hebat.

Tantangan yang dihadapi pendidikan Indonesia saat ini adalah rendahnya minat baca siswa, banyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca siswa, salah satunya yaitu ketersediaan buku bacaan yang masih terbatas (Azis, 2018). Senada dengan pendapat tersebut, Utami dkk. (2021) menyatakan bahwa faktor rendahnya minat baca siswa yaitu kurang mendukungnya sarana dan prasarana seperti jenis buku bacaan yang kurang bervariatif. Faktor lainnya yang menyebabkan rendahnya minat baca siswa dan masyarakat secara umum yaitu harga buku yang tidak terjangkau, kurangnya fasilitas perpustakaan, tidak adanya perhatian dan kesadaran dari keluarga dan lingkungan untuk menumbuhkan minat baca anak sejak dini serta belum adanya keseriusan pemerintah untuk memajukan minat baca masyarakat (Yoni, 2020).

Tantangan terbesar dunia saat ini adalah menangkal peredaran hoaks. Menurutnya, hoaks menjangkiti seluruh kalangan, dari berbagai latar belakang pendidikan. Supayakita tidak mudah terpengaruh dan percaya hoax harus menekankan pentingnya kesadaran dalam menerima dan mengolah informasi. Kita sebagai generasi muda tidak boleh asal menerima saja informasi yang masuk. Tetapi difilter terebih dahulu, mengecek kebenarannya.

Dibutuhkan kecakapan atau kemampuan untuk mengolah sumber informasi dari media digital termasuk menyaring, mengevaluasi, dan menyebarkannya. Dengan adanya internet, warga dunia sudah saling terhubung dan karenanya dibutuhkan penyaring. Supaya ada kontrol dan menjadikan media sosial bermanfaat dalam meningkatkan kapasitas kita.

Kecakapan literasi secara digital bermanfaat tidak hanya untuk kehidupan pribadi, tapi juga dalam kehidupan social tapi memastikan bacaan anak-anak itu sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan membudayakan literasi akan mampu meningkatkan generasi yang cerdas, unggul dan berkarakter yang siap menghadapi tantangan masa depan.

erbagai upaya melalui Gerakan Literasi Sekolah adanya kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran. Adanya pojok literasi cetak dan digital, bulletin digital, pojok kependudukan digital, taman baca digital, pojok kesehatan reproduksi remaja. Pelayanan pengabdian generasi muda aktif dibidang saka bhakti husada, posbindu. Tersedianya majalah sekolah “gelora”  yang terbit setiap satu semester sekali juga digital. Mading digital yang update secara kontinu. Tidak ada kesuksesan kecuali dilakukan dengan bersinergi, komitmen dan berkolaborasi bersama-sama membangun generasi literat. Oleh karena melalui program Pojok TIRAI (Pojok Literasi Digital) akan mampu mewujudkan generasi emas yang cerdas  dan berkarakter yang siap menghadapi tantangan masa depan.