
Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Merdeka Belajar bagi Peserta Didik
Oeh Senirah,S.Pd.,M.M._Guru SMAN 1 Boja
Keberagaman latar belakang, gaya belajar dan kebutuhan setiap peserta didik dalam suatu sekolah merupakan fakta. Sejauhmana kita sebagai guru sudah melayani kebutuhan peserta didik dalan kelas dalam mewujudkan merdeka belajar. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) yang bukan lagi berpusat pada guru (teacher centered) menjadi lebih fleksibel dan terfokus pada peserta didik buka hanya isapan jempol semata. Pelayanan pemenuhan kebutuhan belajar mereka menjadi sebuah momentum untuk perbaikan proses belajar dan kualitas di satuan pendidikan. Keunikan dari setiap peserta didik (diversity learners) dalam suatu kelas sebagai miniatur mini keberagaman dalam masyarakat.
Keberagaman peserta didik di kelas selama ini masih menjadi kendala yang langsung dihadapi oleh guru dan belum menjadi budaya positif dalam pemberian layanan pendidikan yang harus diberikan. Guru masih bekerja berkutat secara mandiri untuk menyelesaikan permasalahan mereka pada saat menghadapi peserta didik dengan kemampuan akademik yang bervariasi. Kurangnya informasi mengenai latar belakang, social, budaya dan siapa peserta didik dengan kemampuan beragam tersebut menjadi akar permasalahan mengapa penanganan mereka masih minim. Sehingga menyebabkan peserta didik tidak senang, tidak nyaman dalam pembelajaran bahkan cenderung malas. Peserta didik kurang mampu mengeksplor kemampuan diir mereka karena kurang kepekaan dari guru akan kebutuhan mereka
Tidak jarang ditemukan peserta didik diejek, diolok-olok ketika nilai akademiknya rendah, dibanding-bandingkan dengan peserta didik yang akademiknya tinggi. Kita perlu ketahui bahwa setiap peserta didik mempunyai keunikan tersendiri, mempunyai keunggulan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Bisa jadi lemah pada salah satu mata pelajaran bisa juga unggul dalam bidang seni, budaya, sastra dan tari dan lainnya. Oleh karena, guru semaksimal mungkin mewadahi, memberi peluang potensi-potensi peserta yang perlu dikembangkan dengan melakukan pendampingan.
Acap kali, pandangan terhadap kualitas pendidikan berkembang dari waktu ke waktu melalui kurikulum. Hadirnya kurikulum merdeka dengan harapan mampu mewujudkan peserta didik yang berkarakter profil pelajar pancasila. Kurikulum merdeka menjadi salah satu solusi merdeka belajar bagi peserta didik. Hal ini sesuai Keputusan kepala badan standar, kurikulum, dan asesmen pendidikan nomor 009/H/KR/2022 tentang dimensi, elemen, dan subelemen profil pelajar pancasila pada kurikulum merdeka. Profil pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Implementasinya bahwa dalam pembelajaran yang bermakna tentu memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik, bakat, minat dan lingkungan belajar yang nyaman, aman dan kondusif. Supaya peserta didik mampu bersaing global dengan berkarakter profil pelajar pancasila.
Penyesuaian sistem pendidikan terhadap pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik adalah hal yang mutlak untuk terwujudnya kualitas pendidikan. Kebutuhan belajar dari setiap peserta didik berbeda-beda. Hal tersebut terkait erat dengan faktor eksternal maupun internal peserta didik tersebut. Kasus yang paling banyak ditemui antara lain kesibukan orang tua, brokenhome dan permasalahan pergaulan. Gaya belajar dan potensi belajar yang beragam adalah contoh kasus lainnya yang mengarah pada pencapaian hasil yang beragam pula, namun hal tersebut seringkali dipungkiri seiring ditemukannya banyak masalah pemberian bahan ajar yang sama untuk semua peserta didik. Pada peserta didik berbakat, mereka kurang mendapat pengayaan secara mendalam sementara bagi peserta didik yang mempunyai hambatan belajar akan mudah mengalami ketertinggalan dan diabaikan tanpa diperhatikan. Kondisi ini menunjukkan keberagaman peserta didik di dalam kelas menjadi tantangan bagi guru. Secara tidak langsung hal ini menjadi tolak ukur kualitas pendidikan yang hingga sejauh ini memerlukan dukungan dari banyak pihak.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha penyesuaian proses pembelajaran dengan memberikan beragam cara melalui diferensiasi pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar mengundang minat peserta didik untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar peserta didik, dan manajemen kelas efektif. Guru memahami kondisi social emosional baik diri sendiri maupun peserta didik. Tidak lupa mampu menciptakan suasana pemeblajaran yang menyenangkan dengan adanya ice breaking terutama pada waktuwaktu rawan mengantuk. Guru memfasilitasi peserta didik sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama antara satu dengan lainnya.
Suasana kelas yang belum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru lebih memaksakan egonya sendiri. Guru tidak memahami minat, dan keinginan peserta didiknya. Kebutuhan belajar murid tidak semuanya terpenuhi karena ketika proses pembelajaran menggunakan satu metode yang menurut guru sudah baik, guru tidak memberikan beragam kegiatan dan beragam pilihan seperti konten beragam, proses dan produk beragam pula. Sehingga peserta didik kurang mendapatkan ruang dalam mengekplor kemampuan sesuai dengan gaya belajar mereka. Karena setiap peserta didik ada yang belajarnya bersifat auditory, visual, audiovisual. Oleh karena pembelajaran berdiferensiasi perlu mendapatkan dukungan, penguatan dan penerapan dari seluruh stake holder pendidikan.
Melalui upaya pembelajaran berdiferensiasi ini mampu memerdekakan belajar peserta didik. Salah satu caranya dengan menganalisa pemetaan yang akurat maka rencana pembelajaran akan tepat melalui asesmen. Untuk memperoleh data kebutuhan belajar peserta didik dapat menjalin kerjasamanya antara guru, peserta didik dan pihak Bimbingan Konseling maupun Orangtua tentunya dukungan masyarakat dan dunia pendidikan secara umum. Dengan merdeka belajar mampu mentransformasi pendidikan demi terwujudnya peserta didik yang memiliki profil pelajar pancasila. Karena dengan merdeka belajar mampu melepaskan penat atas pembelajaran yang monoton, tidak kreatif dan rutin. Memberikan kesempatan belajar sesuai bakat dan minat peserta didik, secara bebas dan mandiri. Sehingga peserta didik akan dapat mengembangkan ketrampilan, pengetahuan dan karakter menjadi SDM (Sumber Daya Manusia) unggul yang mampu menghadapi tantangan dunia.
OPINI Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Merdeka Belajar bagi Peserta Didik Oeh Senirah,S.Pd.,M.M._Guru SMAN 1 Boja Keberagaman latar belakang, gaya belajar dan kebutuhan setiap peserta didik dalam suatu sekolah merupakan fakta. Sejauhmana kita sebagai guru sudah melayani kebutuhan peserta didik dalan kelas dalam mewujudkan merdeka belajar. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) yang bukan lagi berpusat pada guru (teacher centered) menjadi lebih fleksibel dan terfokus pada peserta didik buka hanya isapan jempol semata. Pelayanan pemenuhan kebutuhan belajar mereka menjadi sebuah momentum untuk perbaikan proses belajar dan kualitas di satuan pendidikan. Keunikan dari setiap peserta didik (diversity learners) dalam suatu kelas sebagai miniatur mini keberagaman dalam masyarakat. Keberagaman peserta didik di kelas selama ini masih menjadi kendala yang langsung dihadapi oleh guru dan belum menjadi budaya positif dalam pemberian layanan pendidikan yang harus diberikan. Guru masih bekerja berkutat secara mandiri untuk menyelesaikan permasalahan mereka pada saat menghadapi peserta didik dengan kemampuan akademik yang bervariasi. Kurangnya informasi mengenai latar belakang, social, budaya dan siapa peserta didik dengan kemampuan beragam tersebut menjadi akar permasalahan mengapa penanganan mereka masih minim. Sehingga menyebabkan peserta didik tidak senang, tidak nyaman dalam pembelajaran bahkan cenderung malas. Peserta didik kurang mampu mengeksplor kemampuan diir mereka karena kurang kepekaan dari guru akan kebutuhan mereka. Tidak jarang ditemukan peserta didik diejek, diolok-olok ketika nilai akademiknya rendah, dibanding-bandingkan dengan peserta didik yang akademiknya tinggi. Kita perlu ketahui bahwa setiap peserta didik mempunyai keunikan tersendiri, mempunyai keunggulan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Bisa jadi lemah pada salah satu mata pelajaran bisa juga unggul dalam bidang seni, budaya, sastra dan tari dan lainnya. Oleh karena, guru semaksimal mungkin mewadahi, memberi peluang potensi-potensi peserta yang perlu dikembangkan dengan melakukan pendampingan. Acap kali, pandangan terhadap kualitas pendidikan berkembang dari waktu ke waktu melalui kurikulum. Hadirnya kurikulum merdeka dengan harapan mampu mewujudkan peserta didik yang berkarakter profil pelajar pancasila. Kurikulum merdeka menjadi salah satu solusi merdeka belajar bagi peserta didik. Hal ini sesuai Keputusan kepala badan standar, kurikulum, dan asesmen pendidikan nomor 009/H/KR/2022 tentang dimensi, elemen, dan subelemen profil pelajar pancasila pada kurikulum merdeka. Profil pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Implementasinya bahwa dalam pembelajaran yang bermakna tentu memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik, bakat, minat dan lingkungan belajar yang nyaman, aman dan kondusif. Supaya peserta didik mampu bersaing global dengan berkarakter profil pelajar pancasila. Penyesuaian sistem pendidikan terhadap pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik adalah hal yang mutlak untuk terwujudnya kualitas pendidikan. Kebutuhan belajar dari setiap peserta didik berbeda-beda. Hal tersebut terkait erat dengan faktor eksternal maupun internal peserta didik tersebut. Kasus yang paling banyak ditemui antara lain kesibukan orang tua, brokenhome dan permasalahan pergaulan. Gaya belajar dan potensi belajar yang beragam adalah contoh kasus lainnya yang mengarah pada pencapaian hasil yang beragam pula, namun hal tersebut seringkali dipungkiri seiring ditemukannya banyak masalah pemberian bahan ajar yang sama untuk semua peserta didik. Pada peserta didik berbakat, mereka kurang mendapat pengayaan secara mendalam sementara bagi peserta didik yang mempunyai hambatan belajar akan mudah mengalami ketertinggalan dan diabaikan tanpa diperhatikan. Kondisi ini menunjukkan keberagaman peserta didik di dalam kelas menjadi tantangan bagi guru. Secara tidak langsung hal ini menjadi tolak ukur kualitas pendidikan yang hingga sejauh ini memerlukan dukungan dari banyak pihak. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha penyesuaian proses pembelajaran dengan memberikan beragam cara melalui diferensiasi pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar mengundang minat peserta didik untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar peserta didik, dan manajemen kelas efektif. Guru memahami kondisi social emosional baik diri sendiri maupun peserta didik. Tidak lupa mampu menciptakan suasana pemeblajaran yang menyenangkan dengan adanya ice breaking terutama pada waktuwaktu rawan mengantuk. Guru memfasilitasi peserta didik sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama antara satu dengan lainnya. Suasana kelas yang belum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru lebih memaksakan egonya sendiri. Guru tidak memahami minat, dan keinginan peserta didiknya. Kebutuhan belajar murid tidak semuanya terpenuhi karena ketika proses pembelajaran menggunakan satu metode yang menurut guru sudah baik, guru tidak memberikan beragam kegiatan dan beragam pilihan seperti konten beragam, proses dan produk beragam pula. Sehingga peserta didik kurang mendapatkan ruang dalam mengekplor kemampuan sesuai dengan gaya belajar mereka. Karena setiap peserta didik ada yang belajarnya bersifat auditory, visual, audiovisual. Oleh karena pembelajaran berdiferensiasi perlu mendapatkan dukungan, penguatan dan penerapan dari seluruh stake holder pendidikan. Dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi untuk mewujudkan merdeka belajar peserta didik dengan melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid (bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, dan atau survey menggunakan angket). Selain itu juga merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, dan cara belajar). Selanjutnya mengevaluasi dan erefleksi pembelajaran yang sudah berlangsung. Melalui upaya pembelajaran berdiferensiasi ini mampu memerdekakan belajar peserta didik. Salah satu caranya dengan menganalisa pemetaan yang akurat maka rencana pembelajaran akan tepat melalui asesmen. Untuk memperoleh data kebutuhan belajar peserta didik dapat menjalin kerjasamanya antara guru, peserta didik dan pihak Bimbingan Konseling maupun Orangtua tentunya dukungan masyarakat dan dunia pendidikan secara umum. Dengan merdeka belajar mampu mentransformasi pendidikan demi terwujudnya peserta didik yang memiliki profil pelajar pancasila. Karena dengan merdeka belajar mampu melepaskan penat atas pembelajaran yang monoton, tidak kreatif dan rutin. Memberikan kesempatan belajar sesuai bakat dan minat peserta didik, secara bebas dan mandiri. Sehingga peserta didik akan dapat mengembangkan ketrampilan, pengetahuan dan karakter menjadi SDM (Sumber Daya Manusia) unggul yang mampu menghadapi tantangan dunia